Benarkah Paus Wakil Kristus di Dunia ini?

Dipublikasikan tanggal 26 August 2014

 

Benarkah Paus Wakil Kristus di Dunia ini?

Menelaah Bacaan Liturgis Hari Minggu Biasa XXI 24 Agustus 2014

 

Gereja Katolik Roma adalah organisasi keagamaan terbesar di dunia, dan dapat dikatakan bahwa hampir 60 persen dari mereka yang menyebut diri Kristen adalah pemeluk agama Katolik Roma. Tradisi Gereja Katolik Roma dapat ditelusuri kembali ke para rasul. Umat Katolik percaya bahwa Paus saat ini, Uskup Roma, adalah penerus langsung dari Rasul Petrus, yang mereka akui sebagai Paus pertama. Pemeluk agama Kristen lain tentu saja menolak keyakinan ini, oleh karenanya tulisan ini bertujuan memberikan sedikit tinjauan biblis tentang “jabatan Petrus” yang dipertahankan lewat suksesi apostolik. Primat (kedudukan utama) menjadi hak setiap pengganti Petrus.

 

Injil Matius menyoroti peran Petrus dalam perikop pengakuan Petrus, yang menjadi Bacaan Injil Hari Minggu Biasa XXI Tahun A.  Begini kutipannya (Mat 16:13-20):

 

Setelah Yesus tiba di daerah Kaisarea Filipi, Ia bertanya kepada murid-murid-Nya: "Kata orang, siapakah Anak Manusia itu?" Jawab mereka: "Ada yang mengatakan: Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan: Elia dan ada pula yang mengatakan: Yeremia atau salah seorang dari para nabi." Lalu Yesus bertanya kepada mereka: "Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?" Maka jawab Simon Petrus: "Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!" Kata Yesus kepadanya: "Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di sorga. Dan Aku pun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya. Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga." Lalu Yesus melarang murid-murid-Nya supaya jangan memberitahukan kepada siapa pun bahwa Ia Mesias.

 

Gereja Katolik menggunakan teks ini sebagai pendukung bahwa “jabatan Petrus” tidak berasal dari otoritas manusia, melainkan dikukuhkan oleh Yesus sendiri. Seperti dipahami Injil Matius ingin mewartakan kepada sidang pembacanya bahwa Yesus tidak lain adalah Mesias, Raja Penyelamat, Putera Daud yang kerajaan-Nya tidak pernah akan berkesudahan. Walaupun Dinasti Daud runtuh pada tahun 586 SM, umat Yahudi dengan penuh pengharapan dan keyakinan menanti-nantikan kehadiran Putera Daud, yang akan membangun kembali Kerajaan Israel Raya. Hal ini menjadi salah satu pokok pewartaan para nabi (bdk Yes 11:1). Beberapa kata kunci dapat membantu pemahaman teks ini secara lebih mendalam: Mesias, Anak Allah, batu karang, mendirikan, alam maut, kunci, dan kerajaan. Di bawah ini akan dibuat perbandingan antara Raja Salomo (Putera Daud dalam PL) dan Yesus (Mesias, Putera Daud dalam PB). Bacaan Pertama Hari Minggu Biasa XXI Tahun A (Yes 22:19-23) memberi latar belakang yang jelas.

 

Salomo

Yesus

Putera Daud

Putera Daud

Mendirikan Bait Allah; menurut tradisi Yahudi, batu pondasi Bait Allah di Yerusalem menutup jurang yang menuju ke dunia orang mati. Bait yang berdiri di atas batu karang ini dengan demikian menjadi pusat alam semesta dan sekaligus pemisah antara surga dan dunia orang mati.

Mendirikan Jemaat/Gereja; Gereja didirikan Yesus di atas batu karang (Yun petros). Dengan latar belakang PL Yesus menjamin bahwa alam maut tidak akan menguasainya (dalam Alkitab Terjemahan Lama disebut : pintu alam maut tidak akan dapat mengalahkannya). Yesus memampukan Petrus untuk menjaga agar iman tidak sampai gugur (KGK 552). Karena terus-menerus dibimbing oleh Roh Kudus, Gereja tidak mungkin sesat secara total dalam arti menyelewengkan wahyu Allah (infallibilitas Gereja)

Pemerintahan Salomo dilengkapi dengan para pembesar: imam, panitera negara, bendahara negara, panglima dll (bdk 1Raj 4:1-6). Di antara para pembesar ada seseorang yang memangku jabatan sebagai kepala istana (Ahisar). Keistimewaan dari seorang kepala istana adalah bahwa dia memegang kunci istana Daud (Yes 22:22). Kalau ia membuka rumah Daud, tak ada yang dapat menutupnya, dan kalau ia menutupnya, tak ada yang dapat membukanya.

Pemerintahan Yesus atas Gereja-Nya juga dilengkapi dengan para pembesar: para rasul (yang kemudian digantikan oleh para uskup). Sebagai kepala istana diangkatlah Petrus, yang memegang kunci kerajaan surga. Apa yang diikatnya di dunia akan terikat di surga dan apa yang dilepaskannya di dunia akan terlepas di surga (Mat 16:19)

Jabatan kepala istana dilanggengkan lewat suksesi. Yes 22:15-25 mencatat suksesi jabatan kepala istana dari Sebna kepada Elyakim. Proses serah terima jabatan ditandai dengan serah terima kunci istana Daud.

Jabatan Petrus pun diteruskan dan dipercayakan kepada setiap Uskup Roma/Paus lewat suksesi apostolik.

Dari perbandingan di atas menjadi jelaslah bahwa jabatan Petrus diberikan oleh Kristus sendiri demi mempertahankan kesatuan Gereja. Maka, setiap uskup Roma/Paus dengan sendirinya menjadi bapak dan guru seluruh Gereja dalam hal iman, moral dan tata tertib, demi persatuan. Teks Mat 16:13-20 sudah ditafsirkan secara otentik oleh Gereja pada Konsili Vatikan I (1870), yang mencakup lima hal pokok:

  1. Gereja memiliki wewenang mengajar (Magisterium); sehingga “tugas untuk menafsirkan secara otentik sabda Allah yang tertulis atau yang diteruskan turun-temurun itu hanya dipercayakan kepada Magisterium Gereja yang hidup, yang kewibawaannya dilaksanakan atas nama Yesus Kristus” (Dei Verbum 10)
  2. Petrus diberi jabatan unik sebagai ketua Gereja.
  3. Petrus adalah kepala Gereja yang kelihatan di dunia ini.
  4. Jabatan Petrus diturunkan kepada setiap penggantinya.
  5. Melalui Petrus dan pengganti-penggantinya, Yesus meneguhkan ketidakdapatsesatan (infallibilitas) penerusan Injil dalam Gereja.

 

Sebagai pemegang kunci Kerajaan Surga dapat disimpulkan juga bahwa:

  1. Ajaran Gereja di bawah pimpinan Petrus adalah mengikat.
  2. Gereja memiliki hak untuk mengikat dan melepaskan keanggotaan komunitas.
  3. Gereja diberi kuasa untuk mengampuni dosa (bdk Yoh 20:22-23)

 

Dalam suratnya kepada jemaat di Efesus Santo Paulus menulis bahwa “Demikianlah kamu bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah, yang dibangun di atas dasar para rasul dan para nabi, dengan Kristus Yesus sebagai batu penjuru. Di dalam Dia tumbuh seluruh bangunan, rapi tersusun, menjadi bait Allah yang kudus, di dalam Tuhan. Di dalam Dia kamu juga turut dibangunkan menjadi tempat kediaman Allah, di dalam Roh. (Ef 2:19-22)”

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Petrus dipercayakan untuk memegang wewenang yang khusus sebagai Guru dan administrator Gereja (bdk Yoh 21:15-17; 1Tim 3:15)