Memetik Pesan dari Tahun Baru Yahudi

Dipublikasikan tanggal 02 January 2014

Memetik Pesan dari Tahun Baru Yahudi

Setiap penanggalan memiliki tahun baru. Kita baru saja merayakan tahun baru penanggalan Masehi. Nanti di akhir bulan Januari 2014 orang-orang Tionghoa merayakan tahun baru Imlek. Tanggal 5 November 2013 yang lalu umat Islam merayakan tahun baru Islam (1 Muharam atau 1 Suro). Bangsa Yahudi pun memiliki tradisi merayakan tahun baru yang disebut Rosh Hashanah.

Berbeda dengan tahun baru penanggalan-penanggalan yang lain, di mana tahun baru dirayakan pada hari pertama bulan pertama, bangsa Yahudi merayakan tahun baru pada hari pertama dan kedua bulan ketujuh (Tisri). Meskipun demikian, sebagaimana layaknya tahun baru, bangsa Yahudi memanfaatkan Rosh Hashanah untuk introspeksi, merenungkan kesalahan-kesalahan yang telah dibuat di tahun yang telah lalu, dan merencanakan untuk melakukan perubahan-perubahan di tahun yang baru.

Rosh Hashanah tidak disebut dalam Kitab Suci. Kitab Suci hanya menyebutkan hari itu sebagai Yom Ha-Zikkaron (Hari Peringatan) atau Yom Teruah (Hari Serunai). Hal ini dicatat dalam Im 23:23-34.  Serunai (shofar) adalah tanduk domba jantan yang ditiup seperti terompet.  Pada hari raya ini ditiup serunai di sinagoga.  Ada 100 nada dibunyikan setiap hari, yang terdiri dari empat nada yang berbeda. Meskipun Kitab Suci tidak menceritakan alasan peniupan serunai ini, banyak orang meyakini bahwa peniupan serunai adalah panggilan untuk pertobatan. Serunai tidak ditiup apabila hari raya ini jatuh pada hari Sabat.

Pada hari raya Rosh Hashanah orang dilarang bekerja. Bangsa Yahudi menghabiskan banyak waktu pada hari itu untuk berdoa. Hal lain yang dilakukan pada hari raya ini adalah makan apel yang dicelupkan ke dalam madu, lambang dari harapan semua orang akan tahun baru yang “manis”.

Satu tradisi yang juga menarik untuk diamati pada hari raya ini adalah Tashlikh. Orang Yahudi berjalan menuju sumber air yang mengalir, misalnya sungai dan mengosongkan saku mereka ke dalam sungai, sebagai lambang membuang semua dosa. Biasanya yang disimpan di dalam saku mereka adalah potongan-potongan roti yang kecil. Praktek ini juga tidak disinggung dalam Kitab Suci, namun sudah merupakan kebiasaan yang sangat kuno. Tashlikh biasanya dilakukan pada sore hari pada hari pertama Rosh Hashanah, kecuali apabila Rosh Hashanah jatuh pada hari Sabat, Tashlikh dilaksanakan pada hari Minggu.

Sepuluh hari dimulai dari Rosh Hashanah dan berakhir pada Yom Kippur (Hari Raya Pendamaian) biasa disebut sebagai Yamim Noraim (Hari-hari Pertobatan). Inilah masa bagi bangsa Yahudi untuk memeriksa batin, merenungkan dosa-dosa mereka di tahun yang telah lewat dan bertobat sebelum Hari Raya Pendamaian. Ada keyakinan bangsa Yahudi bahwa pada hari raya Rosh Hashanah Allah menuliskan dalam sebuah kitab, siapa yang akan tetap hidup dan siapa yang akan meninggal, siapa yang akan hidup bahagia dan siapa yang akan hidup susah di tahun yang baru. Perbuatan manusia pada Hari-hari Pertobatan dapat mengubah keputusan Allah. Ada tiga hal yang dapat dilakukan: teshuvah, tefilah, dan tzedakah (pertobatan, doa, dan perbuatan amal). Kitab nasib manusia ini akan dimeteraikan pada Hari Raya Pendamaian.

Pada masa ini bangsa Yahudi biasa minta maaf atas kesalahan-kesalahan mereka kepada sesamanya. Talmud mencatat bahwa Hari Raya Pendamaian mendamaikan manusia dengan Allah. Untuk memperoleh pengampunan atas dosa terhadap sesama, manusia harus minta maaf kepada orang yang dirugikan atas perbuatan dosa tersebut, sejauh dimungkinkan.

Kekayaan tradisi Yahudi menyambut tahun baru mereka sungguh merupakan inspirasi yang berharga bagi kita semua. Pada malam pergantian tahun kita ramai-ramai meniup terompet, apakah dengan meyakininya sebagai seruan pertobatan? Pada hari raya tahun baru bangsa Yahudi menghabiskan banyak waktu di sinagoga untuk berdoa dan memeriksa batin. Hal yang terbalik terjadi di gereja-gereja kita. Pada tanggal 1 Januari Gereja merayakan Hari Raya Santa Maria Bunda Allah. Hari raya sebetulnya merupakan hari wajib bagi umat Katolik untuk pergi ke gereja dan menerima Tubuh Kristus. Namun, ironisnya, bangku gereja kosong karena umat Katolik kelelahan sehabis merayakan malam pergantian tahun. Hari-hari pertama di tahun yang baru dimanfaatkan oleh bangsa Yahudi untuk berdamai dengan Allah dan sesama, apakah kita melakukan hal yang sama?

Hari ini adalah hari kedua tahun 2014. Masih ada kesempatan bagi kita semua untuk mengisi hari ini dengan sungguh-sungguh memeriksa batin, bertobat, serta berdamai dengan Allah dan sesama. Semoga tahun 2014 ini “manis” bagi kita semua karena kita sudah membuat keputusan untuk menjauhkan diri dari dosa dan semakin mendekatkan diri dengan Allah dan sesama.