Kabar dari Sidang Sinodal KWI 2012

Dipublikasikan tanggal 20 November 2012

Uskup Situmorang Membuka Sidang Sinodal KWI 2012 

Lagu Veni Creator ( Datanglah Ya Roh Kudus) mengawali sidang sinodal (trienal) para Uskup Konferensi Waligereja Indonesia yang dibuka secara resmi oleh Uskup Ketua KWI Mgr. Martinus Dogma Situmorang, OFM Cap pada Senin 5 November 2012 di Kantor Pusat Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) Jln Cut Mutiah 10 Jakarta. 

Sidang sinodal diadakan setiap tiga tahun dimana para uskup mengevaluasi karya pastoral selama tiga tahun sekaligus mengadakan pemilihan Ketua KWI dan pejabat di Komisi, Lembaga, Sekretariat dan Departemen di Kantor KWI. Hadir dalam acara pembukaan ini, Nuntius Apotolik Mgr. Antonio Guido Filipazzi, Pendeta Rafli dari PGI, Dirjen Bimas Katolik Anton Samara Duran serta para Uskup dan Uskup Agung,para  Uskup Emeritus, serta para undangan.

Pendeta Rafli dalam kata sambutannya menandaskan bahwa, sidang ini berlangsung di tengah masyarakat yang penuh dengan praktik korupsi, kemiskinan, ketidakpastian hukum, penggunaan kekerasan dalam menyelesaikan masalah. Dan menurut beliau, dalam krisis ini, Gereja kita belum menunjukan bagian dari solusi. Maka diharapkan agar sidang ini dapat memberikan perspektif baru di tengah situasi ini. Sedangkan Duta Vatikan menandaskan  bahwa tahun iman yang dicanangkan oleh Paus Benediktus XVI ini pada tahun ini hendaknya menjadi kesempatan emas untuk memperdalam akar hidup kristiani.

Sidang sinodal-trienal ini akan berlangsung hingga 15 November 2012 . Tiga hari pertama sidang ini diisi dengan hari studi tentang  Ekopastoral.

 

Mgr. I. Suharyo Terpilih sebagai Ketua KWI Baru

Sidang Sinodal (3 tahunan) KWI yang berakhir pada Kamis, 15/11, memilih Uskup Agung Jakarta Mgr. Ignatius Suharyo sebagai Ketua Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) baru periode 2012-2015.

Dengan demikian jabatan ketua KWI yang lama Mgr. Martinus Dogma Sutumorang OFMCap sejak 15 November 2012 berakhir. Disamping pemilihan Ketua KWI, Konferensi juga memilih semua pejabat yang menjadi ketua di Komisi-Komisi di Kantor Waligereja Indonesia.

Berikut para pejabat baru untuk periode 2012-2015.

Ketua KWI : Mgr. Ignatius Suharyo

Wakil Ketua 1 : Mgr. Leo Laba Lajar OFM

Wakil Ketua 2 : Mgr. Petrus Turang

Sekretaris Jenderal : Mgr. Johanes Maria Pujasumarta

Bendahara/Ketua Demon : Mgr. Silvester San

Anggota :

Mgr. Ludovikus Simanulang OFMCap

Mgr. Aloysius Sudarso

Mgr. Pius Riana Prabdi

Mgr. Petrus Bodeng Timang

Mgr. Petrus Canisius Mandagi MSC

Mgr. Hilarion Datus Lega

Mgr. Giulio Mencuccini CP

Ketua Komisi HAK: Mgr. Petrus Canisius Mandagi MSC

Ketua Karya Misi: Mgr. Edmund Woga CSsR

Ketua Komisi Kateketik: Mgr. John Liku Ada

Ketua Komisi Kerawam: Mgr. Justinus Harjosusanto

Ketua Komisi Komsos: Mgr. Petrus Turang

Ketua Komisi Liturgi: Mgr. Aloysius Sutrisnaatmaka

Ketua Komsi Pendidikan: Mgr. Martinus Dogma Situmorang OFMCap

Ketua Komisi PSE: Mgr. H ilarion Datus Lega

Ketua Komisi Seminari: Mgr. Dominikus Saku

Ketua Komisi Kepemudaan: Mgr. John Philip Saklil

Ketua Komisi Teologi: Mgr. Petrus Bodeng Timang

Ketua Komisi Keluarga: Mgr. Frans Kopong Kung

Ketua Komisi KKP-MP: Mgr. Agustinus Agus

Delegatus Karya Kesehatan: Mgr. Hubertus Leteng

Delegatus Kitab Suci: Mgr. Vincent Sensi Potokota

Ketua DSAK: Mgr. Hilarion Datus Lega

Ketua BKBLII: Mgr. Hilarius Moa Nurak SVD

Moderator SGPP: Mgr. Vincentius Sutikno Wisaknono

Kegiatan persidangan sinodal KWI ini ditutup dengan misa yang diselenggarakan di Gereja Katedral Jakarta dan dipimpin oleh Ketua KWI yang baru sekaligus Uskup Agung Jakarta Mgr. Ignatius Suharyo.

† Semoga pejabat baru di Kantor Waligereja Indonesia diberkati dengan rahmat berlimpah untuk mengembalakan tugas Gerejawi di Indonesia.

 

Pesan Pastoral Sidang KWI Tahun 2012 Tentang Ekopastoral

"Keterlibatan Gereja dalam melestarikan keutuhan ciptaan" 

Pendahuluan                                                    

1. " Engkau yang menumbuhkan rumput bagi hewan dan tumbuh-tumbuhan untuk diusahakan manusia, yang mengeluarkan makanan dari tanah" (Mzm. 104:14). Yang dikutip untuk mengawali Pesan Pastoral ini adalah Mazmur Pujian atas keagungan Tuhan yang tampak dalam segala ciptaan-Nya. Pujian itu mengandung kesadaran iman pemazmur akan tanggungjawab dan  panggilannya untuk menjaga dan melestarikan keutuhan ciptaan, dengan mengusahakan keselarasan dan perkembangan seluruh ciptaan (Kej 2:15). Inilah kesadaran Gereja juga.  Sadar akan pentingnya tanggungjawab dan panggilan tersebut, para Uskup yang tergabung dalam Konferensi Waligereja Indonesia menyampaikan Pesan Pastoral sebagai buah dari sidang yang diselenggarakan pada tanggal 5 - 15 November 2012.

Kondisi yang memprihatinkan

2.  Alam semesta  dan manusia  sama-sama diciptakan oleh Allah karena kasih-Nya, sehingga manusia tidak bisa tidak menyadari kesatuannya dengan alam. Itulah sebabnya manusia harus memperlakukan alam sebagai sesama ciptaan dan mengolahnya secara bertanggung jawab. Bumi sendiri merupakan rumah bagi manusia dan seluruh makhluk yang lain. Hal ini mengharuskan manusia melihat lingkungan hidup sebagai tempat kediaman dan sumber kehidupan. Oleh karena itu, sejak awal Allah menciptakan langit dan bumi serta isinya baik adanya (Kej 1:10.12.18.21.25.31) dan Allah mempercayakan alam kepada manusia untuk diusahakan dan dipelihara.

3. Alam semesta bukanlah obyek yang dapat dieksploitasi sesuka hati tetapi  merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan  dari kehidupan manusia. Sumber daya alam yang diciptakan Allah untuk memenuhi kebutuhan manusia di bumi ini diperuntukkan bagi siapa saja tanpa memandang suku, agama dan  status sosial. Sumber daya itu akan cukup apabila dikelola secara bertanggung jawab, baik untuk kebutuhan generasi saat ini maupun generasi yang akan datang.  Oleh karena itu, alam harus diperlakukan dengan adil,  dikelola dan digarap dengan penuh rasa hormat dan tanggung jawab.

4. Tetapi kenyataannya, lingkungan yang adalah anugerah Allah itu,  dieksploitasi oleh manusia secara serakah dan ceroboh serta tidak memperhitungan kebaikan bersama, misalnya penebangan hutan, pembukaan lahan untuk perkebunan dan pertambangan yang kurang bertanggung jawab.  Lingkungan menjadi rusak, terjadi bencana alam, lahir konflik sosial, akses pada sumber daya alam hilang dan terjadi marginalisasi masyarakat lokal/adat, perempuan dan anak-anak. Keadaan itu diperparah oleh kebijakan-kebijakan yang didasarkan pada kepentingan politik sesaat dan pola pikir jangka pendek yang mengabaikan keadilan lingkungan. Akibatnya antara lain pemanasan bumi, bertumpuknya sampah, pencemaran air tanah, laut, udara serta tanah, pengurasan sumber daya alam yang menyebabkan kerusakan lingkungan dalam skala besar.

Gereja peduli

5. Gereja telah lama menaruh keprihatinan atas masalah lingkungan yang berakibat buruk pada manusia. Paus Paulus VI dalam Ensiklik Populorum Progressio (1967, No. 12) mengingatkan kita bahwa masyarakat setempat  harus dilindungi dari kerakusan pendatang. Hal ini diperjelas oleh Paus Yohanes II dalam Ensiklik Sollicitudo Rei Socialis (1987, No. 34) yang menekankan bahwa alam ciptaan sebagai kosmos tidak boleh digunakan semaunya dan pengelolaannya harus tunduk pada tuntunan moral karena dampak pengelolaan yang tidak bermoral tidak hanya dirasakan oleh manusia saat ini tetapi juga generasi mendatang. Paus Benediktus XVI dalam Ensiklik Caritas in Veritate (2009, No. 48) menyadarkan kita bahwa alam adalah anugerah Allah untuk semua orang sehingga harus dikelola secara bertanggungjawab bagi seluruh umat manusia. 

6. Gereja Katolik Indonesia pun telah menaruh perhatian besar pada masalah lingkungan. Hal ini ditegaskan dalam Pesan SAGKI 2005 berjudul "Bangkit dan Bergeraklah" yang mengajak kita untuk segera mengatasi berbagai ketidakadaban publik yang paling mendesak, khususnya yang berhubungan dengan lingkungan hidup dan keutuhan ciptaan. Gereja juga telah melakukan banyak usaha seperti edukasi, advokasi dan negosiasi dalam mengatasi pengrusakan lingkungan yang masih berlangsung terus bahkan kian meningkat kualitas dan kuantitasnya.

Gereja meningkatkan kepedulian

7. Kami mengajak seluruh umat untuk  meneruskan langkah dan meningkatkan kepedulian dalam pelestarian keutuhan ciptaan dalam semangat pertobatan ekologis dan gerak ekopastoral. Kita menyadari bahwa perjuangan ekopastoral untuk melestarikan keutuhan ciptaan tak mungkin dilakukan sendiri. Oleh karenanya, komitmen ini hendaknya diwujudkan dalam bentuk kemitraan dan gerakan bersama, baik dalam Gereja sendiri maupun dengan semua pihak yang terlibat dalam pelestarian keutuhan ciptaan.  

8. Pada akhir Pesan Pastoral ini, kami akan menyampaikan  beberapa pesan:

8.1. Kepada saudara-saudari kami yang berada pada posisi pengambil kebijakan publik : kebijakan terhadap pemanfaatan sumber daya alam dan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) hendaknya membawa peningkatan kesejahteraan hidup masyarakat dan kelestarian lingkungan hidup. Undang-undang yang mengabaikan kepentingan masyarakat perlu ditinjau ulang dan pengawasan terhadap pelaksanaannya haruslah lebih diperketat.

8.2. Kepada saudara-saudari kami yang bekerja di dunia bisnis : pemanfaatan sumber daya alam hendaknya tidak hanya mengejar keuntungan ekonomis, tetapi juga keuntungan sosial yaitu tetap terpenuhinya hak hidup masyarakat setempat dan adanya jaminan bahwa sumber daya alam  akan tetap cukup tersedia untuk generasi yang akan datang. Di samping itu, usaha-usaha produksi di kalangan masyarakat kecil dan terpinggirkan, terutama masyarakat adat, petani dan nelayan, serta mereka yang rentan terhadap perubahan iklim dan bencana lingkungan, perlu lebih didukung.  

8.3. Kepada umat kristiani sekalian : umat kristiani hendaknya mengembangkan habitus baru, khususnya hidup selaras dengan alam berdasarkan  kesadaran dan perilaku yang peduli lingkungan sebagai bagian perwujudan iman dan pewartaan dalam bentuk tindakan pemulihan keutuhan ciptaan. Untuk itu, perlu dicari usaha bersama misalnya pengolahan sampah, penghematan listrik dan air, penanaman pohon, gerakan percontohan di bidang ekologi, advokasi persuasif di bidang hukum terkait dengan hak hidup dan keberlanjutan alam serta lingkungan. Secara khusus lembaga-lembaga pendidikan diharapkan dapat mengambil peranan yang besar  dalam gerakan penyadaran akan masalah lingkungan dan pentingnya kearifan lokal.

9. Tahun Iman yang dibuka oleh Paus Benediktus XVI pada tanggal 11 Oktober 2012, antara lain mengingatkan kita untuk mewujudkan iman kita pada Tuhan secara nyata dalam tindakan kasih (bdk. Mat 25: 31-40). Dengan demikian tanggungjawab dan panggilan kita untuk memulihkan keutuhan ciptaan sebagai wujud iman makin dikuatkan dan komitmen ekopastoral kita untuk peduli pada lingkungan kian diteguhkan. Kita semua berharap agar sikap dan gerakan ekopastoral kita menjadi kesaksian kasih nyata dan "pintu kepada iman" yang "mengantar kita pada hidup dalam persekutuan dengan Allah" (Porta Fidei, No.1). Kita yakin bahwa karya mulia di bidang ekopastoral ini diberkati Tuhan dan mendapat dukungan semua pihak yang berkehendak baik.

Penutup

10. Akhirnya kami mengucapkan terima kasih kepada saudara-saudari yang telah setia menekuni, mengusahakan dan memperjuangkan kelestarian keutuhan ciptaan dengan caranya masing-masing. Semoga Allah yang telah mencipta segala sesuatu, senantiasa memberkati rencana dan usaha kita bersama ini.

Jakarta,  15 November 2012

P R E S I D I U M

KONFERENSI WALIGEREJA INDONESIA,

Mgr. Ignatius Suharyo

K e t u a

Mgr. Johannes Pujasumarta

Sekretaris Jenderal

Sumber: Mirifica News