MENYAMBUT SANG TERANG
Dipublikasikan tanggal 01 December 2025
![]()
Menyambut Sang Terang
Masa Adven selalu menjadi saat istimewa bagi Gereja. Adven bukan sekadar
hitungan mundur menuju hari Natal atau pergantian warna liturgi menjadi ungu.
Adven adalah perjalanan rohani yang mengajak umat menyadari kembali bahwa Tuhan
adalah Allah yang datang yang datang di masa lampau, hadir di masa kini, dan
akan datang kembali dalam kemuliaan pada masa yang akan datang. Adven bukan
sekadar perayaan, tetapi sebuah undangan untuk memperbarui hati.
Gereja menandai masa ini dengan empat lilin Adven, masing-masing dengan
makna rohaninya. Lilin-lilin ini dinyalakan secara bertahap setiap minggu
sebagai simbol bahwa terang Kristus semakin mendekat, menembus kegelapan dunia
dan hati manusia. Melalui simbol sederhana ini, Gereja hendak mengajak kita
memasuki proses penantian yang penuh pengharapan, pertobatan, sukacita, dan
kasih.
Minggu Adven I – Lilin Harapan
Pada minggu pertama Adven, Gereja menyalakan lilin harapan. Lilin ini
melambangkan kerinduan umat manusia akan kehadiran Sang Mesias yang dijanjikan.
Dalam dunia yang penuh ketidakpastian, harapan menjadi fondasi iman kristiani.
Adven mengingatkan kita bahwa Allah selalu setia akan janji-Nya. Ketika
kita menyalakan lilin pertama, kita diajak menyalakan kembali harapan dalam
hati: bahwa di tengah pergumulan hidup keluarga, pekerjaan, ekonomi, kesehatanAllah
tetap berkarya. Harapan dalam Kristus bukan optimisme kosong, melainkan
kepercayaan bahwa Allah memimpin sejarah dan hidup kita.
Minggu Adven II – Lilin Damai (Pertobatan)
Minggu kedua Adven mengarahkan perhatian kita kepada Yohanes Pembaptis
yang menyerukan, “Luruskanlah jalan bagi Tuhan!” Suara ini mengingatkan
kita bahwa kedamaian tidak dapat hadir tanpa keterbukaan hati untuk bertobat.
Pertobatan bukan sekadar meninggalkan dosa, tetapi sebuah proses
pembaharuan batin. Kita diajak membersihkan hati dari kepahitan, egoisme,
kemarahan, dan kesombongan hal-hal yang menghalangi damai Allah masuk dalam
hidup kita. Lilin kedua mengajarkan bahwa damai sejahtera sejati hanya lahir
dari hati yang dibenarkan dan diperbaiki oleh kasih Allah.
Minggu Adven III – Lilin Sukacita
Minggu ketiga Adven dikenal dengan sebutan Gaudete Sunday,
artinya: “Bersukacitalah!” Lilin merah muda dinyalakan sebagai simbol sukacita
bahwa Tuhan sungguh dekat.
Namun sukacita Kristen bukan sekadar perasaan bahagia. Sukacita sejati
tidak bergantung pada kondisi hidup yang sempurna. Sukacita lahir dari
keyakinan bahwa Allah menyertai, memimpin, dan mencintai kita. Sukacita juga
lahir dari kemampuan kita untuk bersyukur, melayani, dan memberi diri dalam
keseharian.
Di tengah kesibukan hidup, lilin ketiga mengajak kita untuk berhenti
sejenak, melihat kembali segala kebaikan Tuhan, dan membiarkan hati dipenuhi
syukur.
Minggu Adven IV – Lilin Kasih
Lilin keempat melambangkan kasih Allah yang menjadi nyata dalam
inkarnasi Yesus Kristus. Allah memilih lahir dalam kesederhanaan Betlehem untuk
menyatakan bahwa kasih-Nya dekat, nyata, dan dapat dijangkau siapa pun.
Pada minggu ini, Gereja sering menampilkan figur Maria dan Yosef dua
pribadi yang menerima rencana Allah dengan ketaatan dan kasih. Mereka
mengajarkan bahwa kasih bukan hanya perasaan, melainkan tindakan nyata:
keberanian untuk berkorban, memberi diri, dan mempercayakan hidup sepenuhnya
kepada Allah.
Lilin keempat mengajak kita untuk menjadi pembawa kasih Tuhan: di
keluarga, di lingkungan kerja, di paroki, dan dalam perjumpaan dengan mereka
yang menderita atau tersisih.
Penutup – Adven sebagai Jalan Pembaruan
Empat lilin Adven bukan sekadar simbol liturgis, tetapi langkah batin
yang membawa kita semakin dekat kepada Kristus.
- Dari harapan,
- menuju damai,
- lalu sukacita,
- dan akhirnya
memuncak dalam kasih.
Semoga perjalanan Adven tahun ini membantu setiap umat membuka hati
terhadap kedatangan Tuhan. Ketika kita menyiapkan hati dengan sungguh-sungguh,
maka Natal bukan lagi sekadar perayaan lahiriah, tetapi pengalaman rohani yang
memperbarui hidup kita dari dalam.
Datanglah, Tuhan Yesus. Jadikanlah hati kami rumah bagi-Mu.



