PELAYANAN GEREJA YANG TULUS
Dipublikasikan tanggal 13 August 2025
Pelayanan Gereja yang Tulus
Pelayanan dalam gereja adalah panggilan mulia
yang Tuhan percayakan kepada setiap orang percaya. Namun, seringkali kita
tergoda untuk melayani hanya karena kewajiban, atau bahkan karena ingin dilihat
dan dipuji oleh orang lain. Padahal, pelayanan yang sejati haruslah lahir dari
ketulusan hati melayani karena kasih dan kerinduan untuk memuliakan Tuhan serta
mengasihi sesama.
Yesus Kristus adalah teladan utama pelayanan
tulus. Dalam Yohanes 13:12-17, Yesus membasuh kaki murid-murid-Nya, sebuah
tindakan yang biasanya dilakukan oleh hamba. Namun Yesus melakukannya sebagai
tanda kerendahan hati dan kasih yang tidak mementingkan diri sendiri. Ia
berkata, “Jika Aku, Tuhan dan Gurumu, membasuh kakimu, kamu pun harus saling
membasuh kaki.” Dari situ, kita belajar bahwa pelayanan sejati adalah pelayanan
yang rendah hati dan tidak mencari pamrih.
Pelayanan yang tulus juga harus dilakukan
dengan penuh semangat dan kesetiaan. Roma 12:11 berkata, "Janganlah
hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah
Tuhan." Ketulusan bukan hanya soal niat, tapi juga tentang konsistensi dan
kesungguhan hati. Mungkin ada saatnya kita merasa lelah atau kecewa, tapi jika
kita melayani dengan hati yang benar, Tuhan akan memperbaharui kekuatan kita.
Selain itu, pelayanan tulus mendorong kita
untuk mengasihi tanpa syarat. Pelayanan bukan untuk mendapatkan balasan, tapi
sebuah bentuk persembahan diri kita bagi sesama. Paulus mengingatkan dalam 1
Korintus 13:3, “Walaupun aku memberikan seluruh hartaku untuk memberi makan
orang miskin, dan memberikan tubuhku untuk dibakar, tetapi jika aku tidak
mempunyai kasih, itu sama sekali tidak berguna.” Kasih adalah roh dari setiap
pelayanan yang kita lakukan.
Namun, dalam semangat melayani Tuhan, kita
juga perlu mengingat bahwa keluarga adalah ladang pelayanan pertama yang Tuhan
percayakan kepada kita. Sering kali, karena begitu sibuk di gereja, kita tanpa
sadar mengabaikan kebutuhan rohani, emosional, atau bahkan fisik keluarga kita
sendiri. Firman Tuhan mengingatkan dalam 1 Timotius 5:8, “Tetapi jika ada
seorang yang tidak memeliharakan sanak saudaranya, apalagi seisi rumahnya,
orang itu murtad dan lebih buruk dari orang yang tidak beriman.”
Mengutamakan keluarga bukan berarti mengurangi
semangat kita dalam melayani, melainkan memastikan bahwa pelayanan kita tetap
seimbang dan tidak mengorbankan keharmonisan rumah tangga. Melayani Tuhan
justru dimulai dari bagaimana kita mengasihi pasangan, mendidik anak-anak,
serta menjadi teladan iman di dalam rumah. Keluarga yang sehat rohani akan
menjadi dasar yang kuat untuk pelayanan yang efektif di gereja maupun di tengah
masyarakat.
Bagi yang masih muda, ingatlah bahwa
menghormati dan mengutamakan orang tua adalah bagian penting dari iman kita
(Efesus 6:1-3). Kasih dan pelayanan tidak hanya dilakukan di gereja, tetapi
juga melalui sikap hormat, perhatian, dan bakti kepada orang tua. Selain itu,
masa muda adalah waktu yang berharga untuk mempersiapkan masa depan termasuk
dengan tekun belajar, bekerja, dan membangun kemandirian. Dengan memiliki
pekerjaan dan tanggung jawab yang jelas, kita bisa menjadi berkat yang lebih
besar bagi keluarga dan gereja.
Marilah kita terus berdoa agar Tuhan
memberkati pelayanan kita, agar kita selalu melayani dengan hati yang murni,
tulus, dan penuh kasih dimulai dari rumah kita sendiri. Ingatlah, bahwa setiap
pelayanan, sekecil apapun, jika dilakukan dengan kasih, akan membawa berkat dan
menjadi saksi hidup bagi kuasa Allah.
Pelayanan tulus adalah cermin iman kita yang
hidup. Melalui pelayanan yang tulus, kita tidak hanya memberkati orang lain,
tapi juga memperdalam hubungan kita dengan Kristus, Sang Gembala yang sejati.