60 MENIT TANPA LAMPU

Dipublikasikan tanggal 25 March 2023

60 MENIT TANPA LAMPU: LANGKAH AWAL BERINVESTASI DI PLANET BUMI  

Earth Hour adalah sebuah gerakan global yang mengajak individu, komunitas, praktisi bisnis, dan pemerintah di seluruh dunia untuk menunjukkan kepedulian dan kontribusinya terhadap upaya penanggulangan perubahan iklim secara simbolis melalui aksi mematikan lampu dan peralatan elektronik yang tak digunakan selama 60 menit (20.30 - 21.30 waktu setempat), setiap hari Sabtu di pekan terakhir bulan Maret setiap tahunnya.

Earth Hour sendiri jatuh di hari Sabtu terakhir di bulan Maret bukan tanpa alasan. Waktu tersebut dipilih karena saat itu tengah terjadi pergantian angin muson, sehingga pasti ada perubahan musim yang dirasakan oleh tiap-tiap negara.  


Fokus utama Earth Hour adalah mitigasi perubahan iklim dengan aksi sederhana penghematan energi. Akan tetapi, komunitas Earth Hour yang ada di setiap kota biasanya juga punya isu lingkungan khusus yang mereka angkat, yang memang disesuaikan dengan masing-masing lokasi sehingga lebih kontekstual. 

Kegiatan Earth Hour ini dicetuskan oleh WWF (World Wide Fund for Nature) dan Leo Burnett Company, pertama kali diselenggarakan pada tahun 2007. Saat itu, 2,2 juta penduduk Sydney berpartisipasi dengan memadamkan semua lampu yang tidak diperlukan. 

Mungkin ada yang bertanya-tanya, “Memangnya bisa  menghentikan perubahan iklim hanya dengan mematikan lampu selama satu jam?”

Setahun setelah Earth Hour dilaksanakan, sebanyak 36 juta orang, 35 negara yang melalui kota utamanya dan dukungan dari 400 kota lainnya, Earth Hour 2008 berhasil diselenggarakan di semua benua di dunia pada 28 Maret 2008 mulai pukul 20.00 sampai 21.00 waktu setempat, dan terjadi peningkatan kesadaran masyarakat terhadap perubahan iklim sebesar 4 persen.

Beberapa hasil yang tercatat: 

1. Sydney, yang berpartisipasi pada Earth Hour 2007 dan 2008, memangkas konsumsi listrik hingga 8,4%. 

2Melbourne, Australia, mengurangi permintaan listrik hingga 10,1%. 

3. Toronto Ontario, mengalami penurunan konsumsi energi sebesar 8,7% ketimbang Sabtu-Sabtu lain pada bulan Maret.

4. Irlandia mengalami penurunan pemakaian listrik sebesar 1,5% pada malam itu.

5Di Dubai, setelah lampu eksternal di sejumlah gedung ternama dipadamkan dan lampu jalanan di beberapa daerah diredupkan hingga 50%, Electricity and Water Authority melaporkan terjadi penghematan listrik sebesar 100 megawatt-jam. Jumlah ini mewakili pengurangan permintaan listrik sebesar 2,4% daripada sebelum Earth Hour.

6.Hasil terbaik terjadi di Chrischurch, Selandia Baru, yang mengalami penurunan permintaan listrik sebesar 13%.

Sejumlah landmark ternama di dunia ikut memadamkan lampu, seperti Sydney Opera-Australia, Empire State Building New York AS, Sears Tower/Willis Tower-Chicago AS, Monumen Nasional - Jakarta, Golden Gate Bridge - San Francisco AS, Bank of America Plaza - Atlanta AS, Space Needle - Seattle, AS, Table Mountain - Cape Town Afrika Selatan, Colosseum - Roma Italia, Azrieli Center - Tel Aviv Israel, Royal Castle - Stockholm Swedia, CN Tower - Toronto Kanada, SM Mall Of Asia SM Science Discovery Center - Manila Filipina, Suva - Fiji, Nidaros Cathedral - Trondheim Norwegia, Petronas Towers - Kuala Lumpur Malaysia, KL Tower - Kuala Lumpur Malaysia, Wat Arun - Bangkok Thailand, London City Hall - London, Inggris, dan Royal Liver Building - Liverpool Britania Raya.

Situs web juga berpartisipasi, termasuk Google yang menghitamkan halaman utamanya pada hari penyelenggaraan. Akan tetapi, Google untuk tahun 2009 dan seterusnya mereka tidak menghitamkan halamannya agar tidak membuat penggunanya salah persepsi, karena pada kenyataannya jumlah energi yang dipakai untuk layar monitor tidak tergantung pada warna. Youtube juga membuat fitur saklar lampu di video dan kotak komentarnya.

Indonesia memulai partisipasi Earth Hour sekitar tahun 2009. Anak-anak muda di beberapa kota besar seperti Yogyakarta, Bandung, dan Surabaya diperkenalkan dengan kegiatan Earth Hour. Antara tahun 2010 sampai 2011 mulai muncul komunitas Earth Hour di tiap-tiap kota. 

Menurut data yang diambil dari situs WWF Indonesia, setiap 10% warga Jakarta yang mematikan lampu ketika Earth Hour energinya dapat dimanfaatkan memenuhi kebutuhan listrik bagi 900 desa. Selain itu, energi yang dihemat dapat menyumbang oksigen untuk 524 orang. Dalam waktu satu jam saja, hal tersebut juga dapat mengurangi 267 ton emisi karbon dioksida.

Bisa kita bayangkan sebesar apa energi yang dapat dihemat jika Earth Hour dilakukan oleh seluruh masyarakat dunia? Memang, hanya mematikan lampu dalam waktu satu jam tidak bisa mengubah iklim bumi kita secara signifikan. Inti dari momentum selama satu jam adalah kita menjadi bagian dari sebuah gerakan global yang terjadi serentak di seluruh dunia. Harapannya adalah, ketika seseorang telah menjadi bagian dari gerakan ini, dia akan bisa melihat isu “mematikan lampu” ini sebagai bagian dari masalah yang lebih kompleks, yaitu konsumsi energi dan kaitannya dengan krisis iklim.  

Pada awalnya, logo dari kampanye ini adalah angka 60 dengan corak bumi. Angka tersebut adalah representatif dari durasi kampanye ini, yaitu 60 menit. Namun, sejak tahun 2011 logo Earth Hour diubah menjadi “60+”. Tambahan simbol (+) adalah harapan agar masyarakat dapat melakukan aksi lanjutan setelah 60 menit tersebut.  Jadi  meskipun dalam setahun kita hanya satu kali mematikan lampu secara serempak, tetapi setelah momentum Earth Hournya selesai, kebiasaan untuk menghemat energi dan mengurangi jejak karbon itu harus tetap berlanjut. Aksi mengurangi jejak karbon itu juga bisa dilakukan dengan berbagai cara, mulai dari menggunakan transportasi umum, mengurangi makan daging, dan masih banyak lagi. Jadi semuanya itu berkesinambungan, dimulai dari aksi sesederhana mematikan lampu.  

Tahun ini Earth Hour diperingati pada tanggal 25 Maret 2023. Tema Earth Hour tiap tahun sebenarnya berbeda-beda. Di tahun 2023, tema Earth Hour adalah “Invest on Our Planet” (berinvestasi di Planet Bumi), sama seperti tema tahun lalu. Presiden earthday.org, Kathleen Rogers, menyatakan: “Dari merusak kesehatan laut dan manusia, hingga menyumbat saluran air kita dan mengotori komunitas, polusi plastik mengancam kelangsungan hidup planet kita bersama.  Pembersihan hanyalah salah satu cara individu dapat terlibat untuk memerangi masalah kritis ini.  Berinvestasi di Planet Kita berarti mengambil tindakan dan berpartisipasi dalam tindakan masyarakat untuk membantu menyelesaikan masalah sampah yang salah kelola.” 

Sebagai umat Katolik, Tuhan menyatakan kepada kita bagaimana kita harus bersikap terhadap alam ciptaan. Melalui Kolose 1:16 kita diberitahu bahwa Allah yang menciptakan bumi ini, tempat kita dapat hidup dan bernafas. “Di dalam Dialah telah diciptakan segala sesuatu, yang ada di surga dan yang ada di bumi, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan, baik singgasana, maupun kerajaan, baik pemerintah, maupun penguasa; segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia.”

Amsal 3:19-22  menyatakan bahwa  “Dengan hikmat Tuhan telah meletakkan dasar bumi, dengan pengertian ditetapkan-Nya langit, dengan pengetahuan-Nya air samudera raya berpencaran dan awan menitikkan embun. Hai anakku, janganlah pertimbangan dan kebijaksanaan itu menjauh dari matamu, peliharalah itu.“

Dengan ayat-ayat ini Tuhan mengatakan kepada kita bahwa Ia adalah pencipta alam semesta,tempat dimana kita dapat melakukan segala sesuatu dan dengan kehendakNya kita diberikan kepercayaan untuk menjaga kelestarian alam semesta, merawat alam yang ada di bumi, bukan merusak atau menghancurkan alam itu sendiri secara perlahan-lahan.

“Earth Hour itu milik semua orang, dan semua orang bisa berpartisipasi lewat aksi-aksi kecil dan sederhana yang konsisten dan terus dijalankan bahkan saat momentum Earth Hour sudah lewat” - EARTH HOUR INDONESIA 

Earth Hour adalah tentang membuat perubahan positif tidak hanya di lingkungan terdekat kita pada hari tertentu, tetapi juga di hari-hari mendatang yang mengarah ke planet bumi yang lebih baik dan lebih sehat.

Mari kita mengambil peran dalam aksi Earth Hour, melakukan investasi di  bumi kita, demi masa depan bumi dan generasi selanjutnya.

(Dikutib dan disadur oleh Vian Bong)