MENJADI SAUDARA BAGI SEMUA ORANG

Dipublikasikan tanggal 04 October 2022

Kata yang banyak kita temukan dalam tulisan-tulisan Fransikus adalah Dominus (Tuhan) sebanyak 410 kali dan kata Frater-fratres (saudara, saudara-saudara) sebanyak 306 kali. Dengan menempatkan Allah sebagai bapa bagi semua, Fransiskus menemukan dimana-mana saudara dan saudari. Ketika beberapa orang datang kepadanya untuk hidup dengannya dan dengannya menghidupi Injil, ia mengatakan: “Tuhan telah memberi aku saudara-saudara.  
Dialah kebapaan Universal dari Allah yang mengindikasikan batas-batas persaudaraan, yang adalah kemudian tanpa batas: dan adalah Injil Tuhan yang mengatakan bagaimana sikap  sebagai saudara bagi semua. Maka dari itu Fransiskus pergi melampaui batas-batas institusional persaudaraan untuk bertemu dengan para perampok di Montecasale, keluar dari tempok kota assisi untuk turun di lembah dan bertemu serta melayani saudara-saudari kusta, melewati batas dan bergerak keluar batas-batas kekristenan dan perang salib untuk berdialong dengan sultan.

Untuk berdialog dengan semua, perlu belajar bahasa semua. Sebagaimana serigala di Gubbio yang ganas dan buas, dalam Fioretti mengisahkan dengan luar biasa bagaimana Fransiskus mampu mendengar alasan-alasan para penduduk di Gubbio: Serigala menjadi buas karena lapar, penduduk Gubbio memburunya karena ketakunan. Jika ada kehendak yang baik untuk menemukan solusi, segalanya tidaklah menjadi sangat sulit: cukup sebenarnya memberi makan serigala ini, yang akan menjadi sebuah habitus dan tidak kana membuat takut lagi seorang pun.Untuk berdialog dengan semua, perlu belajar bahasa semua. Sebagaimana serigala di Gubbio yang ganas dan buas, dalam Fioretti mengisahkan dengan luar biasa bagaimana Fransiskus mampu mendengar alasan-alasan para penduduk di Gubbio: Serigala menjadi buas karena lapar, penduduk Gubbio memburunya karena ketakunan. Jika ada kehendak yang baik untuk menemukan solusi, segalanya tidaklah menjadi sangat sulit: cukup sebenarnya memberi makan serigala ini, yang akan menjadi sebuah habitus dan tidak kana membuat takut lagi seorang pun. 
Seberapa banyak serigala, seberapa banyak ketakutan dan seberapa banyak perang dan pertikaian ada disekitar kita atau boleh jadi yang sedang hinggap atau berada dalam diri kita. Dan seberapa hambatan yang telah kita naggkat dan kita tetap lakukan untuk memecah belah, untuk membela diri, menentang, menjauh dari perbedaan yang ada.
Musuh dari persaudaraan bukanlah pertama-tama kekuasan, juga dominasi, menggunakan kekuasaan bukan untuk melayani tetapi untuk menguasai atau mendominasi yang lain. Kekuasaan itu perlu. Jika tidak sadar, lambat laun sebagaimana Fransiskus yang melihat perkembangan jumlah saudara-saudara, dikondisikan untuk menempatkan tanggung jawab bagi mereka yang memiliki satu kekuasaan: kepada mereka, saudara-saudara seharusnya taat. Tetapi mereka tidak dipanggil superior, pemimpin atau kepada, melainkan “ministri: minister: -” yang berarti “pelayan pelayan” dan saudara-saudara yang lain tidak dipanggil “bawahan”, tetapi “gli altri frati: saudara-saudara lainnya”.
Fransiskus  menarik dari contoh Yesus dan dari terminologi Injili. Dalam bebrapa bab dalam Anggaran dasar bagian hubungan para saudara di dalam persaudaraan, mengetengahkan ketaatan kepada minister – jika tidak kepada siapa mereka aplikasikan? Tetapi selanjutnya yang lebih penting adalah ketaatan timbal balik, atara semua kepada semua : ketaatan ini adalah kebutuhan saudara akan menjadi perekat sejati persaudaraan.
Jika minister memerintahkan sesuatu bertentangan dengan suara hati, yaitu bertentangan dengan Anggaran dasar dan Injil, seorang saudara tidak dapat taat, tetapi tidak dapat dalam kasus apa pun meninggalkan saudara minister yang kehilangan arah: tidak pernah meninggalkan saudara dalam kesulitan akan dipanggil “ketaatan sempurna.  
Fransiskus sendiri menemukan sebuah pertentangan melawan tantangan besat memisahkan diri dari saudara-saudara yang tidak ingin mengikuti dengan setia jalan kedinaan: minoritas. Tetapi sebagaiman sejak semula telah memilij untuk hidup menurut Injil dalam sebuah gereja yang tidak tampak sebagai tempat yang lebih layak, pada akhir hidupny memilih berada dalam sebuah persaudaraan yang membuat banyak kesulitan untuk mengikutinya dengan radikal sebagaimana yang dikehendakinya. Kepada erosime pribadi Fransiskus menyukai-memilih kesulitan untuk tinggal dalam grup: memilih kepada saudara-saudara dari peraturan-peraturan, bahkan ketika, sebagaimana dalam teks Kebahagiaan sejati, dikatakannya “kita saat ini banyak dan bahwa kami tidak membutuhkan engkau.   
Kepada seorang minister yang memohonkan kepadanya untuk menarik diri dalam sebuah eremo karena saudara-saudaranya menyebakan dirinya terhalang untuk mengasihi Tuhan Allah, dia menjawab untuk mempertimbangkan kesulitan-kesulitan yang ditemukan adalah sebagai sebuah rahmat dan tidak menginginkan bahwa yang nlain seharusnya berbeda, tetapi mengasihnya sebagaimana adanya. Dan apa yang dinasihatkan kepada saudara-saudara adalah apa yang sebelumnya sudah ia lakukan. 
Dalam AngTBul tertulis untuk senantisa pintu hati da rumah selalu terbuka bagi semua:”dan siapapun yang datang kepada mereka, sahabat atau musuh, pencuri atau perampok hendaknya diterima dengan ramah” . Sebagaimana diketahui bahwa sering kali adalah lebih sulit berlaku sebagai saudara kepada saudara-saudara daripada kepada yang lain, selanjutnya: “dan dimanapun saudara-saudara berada dan di setiap tempat mereka bertemu, haruslah mereka saling melihat  dengan mata rohani dan dengan kasih dan menghormati satu sama lain tapa bersungut-sungut”.  
Satu dari berbagai karkteristik khas dan lebih manusiawi Fransiskus adalah penghormatan bagi yang lain dan nilai dari setiap pribadi. Ia tidak memilik satu skema yang yang sudah baku bagaimana seharusnya seorang saudara dina yang sempurna: masing-masing melihat satu dimensi unik dan berharga. Buah dari observasi ini dengan cermat dan penuh kasih ingin mendeskripsikan fransiskan yang benar sebagai realitas “dalam perjalanan: sedang berlangsung” dan sitesis dari banyak bentuk hidup:
Iman dari saudara Bernardus, kesederhanaan dari saudara lLeo, keramahtamahan dari saudara Angelo, kepekaan dari saudara Masseo, Kontemplasi dari saudara Egidio, Doa dari saudara Rufinus, kekuatan fisik dari saudara Yohanes, kesabaran dari saudara Ginepro,… 
Boleh diterjemahkan bahwa antropologi Fransiskus tidak datang dan tidak diaktualisasikan dalam seorang pribadi seorang saudra tetapi dalam persaudaraan, franternita: dibutuhkan banyak ubin dengan bentuk, warna, corak yang berbeda untuk menyusun mozaik. Dibutuhkan tali gitar yang berbeda untuk menghasilkan bunyi yang merdu dan harmonis, dibutuhkan berbagai warna untuk membentuk sebuah pelangi. Dibutuhkan berbagai jenis sayuran dan bahwan lainnnya untuk menikmati salad yang lezat, dll.
Kesempurnaan – “Saudara dina yang otentik-asli-murni” bagi Fransiskus bukanlah sebuah cita-cita yang abstrak atau dalam dunia ide, tetapi bagaimana setiap pribadi inkarnasi, lahir, hadir dengan cara yang mungkin dengan keutamaan yang ada padanya dari banyak keutamaan. Kesempurnaan ini bukanlah milik seorang, tetapi harmonis pada satu grup, kelompok, komunitas para saudara. Tidaklah diperhitungkan perbedaan antara tatanan supernatural dan tatanan natural: yang diperhitungkan adalah apa yang rel, nyata dalam hidup.
Keutamaan-keutamaan eksistensial manusia tidaklah eksis hanya dengan adanya kemurrnian itu sendiri dan dapat bersamaan dengan nilai yang bertentangan. Misalnya kekuatan fisik Yohanes dapat menemani kebrutalan dan kesederhanaan Ginepro yang kadang kala jatuh dalam hal-hal yang konyol. Namun ini jangan mencegah untuk mengapresiasi aspek-aspek positif dari masing-masing saudara.

//Fictorium Natanael Ginting, OFMConv

Catt.
FF : Fonti Francescane (Sumber-sumber Fransiskan)
AngTbul : Anggaran Dasar Tanpa Bula
AngBul : ANggaran Dasar dengan Bula
Was : Wasiat Fransiskus Assisi