SELAMAT HUT PAROKI SUNTER KE-32

Dipublikasikan tanggal 20 August 2021

SELAMAT HUT PAROKI SUNTER KE-32

Merenungkan Misteri “Angka 32” di dalam Diri Manusia

Kitab-kitab Taurat merupakan lima kitab pertama dalam Kitab Suci Perjanjian Lama dan terdiri dari kitab Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan dan Ulangan. Kelima kitab ini sering disebut sebagai “kitab-kitab Musa” karena Kitab Suci menyatakan bahwa Musa menerima Taurat di Gunung Sinai. Bangsa Yahudi kerap menganggap bahwa Taurat adalah suara Tuhan, yang semua ketentuannya harus ditaati tanpa ada yang boleh menyangkal dan semua pesan yang tersirat dan tersurat di dalamnya harus dianggap sebagai perintah-perintah suci. Boleh dikatakan bahwa seluruh hidup bangsa Yahudi dihembusi oleh hukum Taurat dan seluruh cara berpikir mereka diwarnai oleh iman yang melandasinya.

Kata pertama dari kitab Kejadian, kitab pertama dari kitab-kitab Taurat adalah “pada mulanya” (Kej 1:1) yang dalam bahasa Ibrani disebut “bereshit” (Ibr. בראשית). Kata “bereshit” dimulai dengan huruf “bet” (Ibr. ב) yang memiliki angka bilangan 2. Sedangkan kata terakhir dari kitab Ulangan, kitab terakhir dari kitab-kitab Taurat adalah “Israel” (Ul 34:12) yang dalam bahasa Ibrani ditulis “ישראל”. Kata Israel diakhiri dengan huruf “lamed” (Ibr. ל) yang memiliki angka bilangan 30.

Dengan demikian huruf terakhir dan huruf pertama dari kitab-kitab Taurat adalah huruf “lamed” dan huruf “bet”. Bila kedua huruf itu digabungkan, terbentuklah kata “lev” (Ibr. לב) yang berarti “hati” dan memiliki angka bilangan 32 (30+2). Menurut keyakinan orang Yahudi, hati adalah pusat intelek, perasaan dan kehendak manusia, sama seperti otak yang menjadi pusat dan pengatur kegiatan manusia dalam pemikiran dewasa ini. Tidaklah heran, raja Salomo meminta dari TUHAN “hati yang faham menimbang perkara untuk menghakimi umat dengan dapat membedakan yang baik dan yang jahat” (1 Raj 3:8). Ketika manusia melakukan dosa, hatinya dipenuhi dengan kejahatan. Maka, cara Allah menanggapi dosa manusia adalah dengan memberikan kepadanya “hati yang lain dan roh yang baru” (Yeh 11:19). Dapat dikatakan bahwa baik atau buruknya manusia tergantung dari “hatinya”.

Seperti dijelaskan di atas, kata “hati” atau “lev” dalam bahasa Ibrani memiliki angka bilangan 32. Bagaimana manusia hidup di hadapan Allah sangat tergantung pada “angka 32” di dalam dirinya. Salomo minta kepada Tuhan hati yang bijaksana, yang dapat membedakan yang baik dan yang jahat agar dapat memerintah dengan adil. Sebaliknya, raja Yoram “melakukan apa yang jahat di mata TUHAN” (2 Raj 8:16-18). Entah kebetulan atau tidak, raja Yoram menjadi raja Yehuda pada usia 32 tahun!

Tahun ini Paroki Sunter Gereja Santo Lukas berusia 32 tahun. Apa yang dapat kita renungkan sebagai umat Paroki Sunter di usianya yang ke-32  tahun ini? Di tengah berkecamuknya wabah virus Covid-19, nampaknya umat Paroki Sunter harus terus mengasah “angka 32” dalam dirinya yaitu “hatinya”. Semakin hari, kita harus semakin mengandalkan Allah dengan segenap hati (Ams 3:5) karena kita telah mengalami kasih Allah yang dicurahkan ke dalam “hati kita” (Rom 5:5).  Yesus mengajarkan bahwa kasih kepada Allah dengan segenap hati dan kasih kepada sesama merangkum seluruh hukum Allah (Mat 22:37-40).

Selamat HUT Paroki Sunter Gereja Santo Lukas yang ke-32 (1989-2021). Semoga semakin menjadi garam dan terang di tengah-tengah masyarakat!